Dewa Dewa Agama Hindu

3 Dewa Tertinggi Agama Hindu

JAKARTA, celebrities.id Dewa dewi dalam agama Hindu beserta tugasnya bersifat esa dan berperan sebagai sosok penguasa mutlak nan kekal.Namun, dewa dewi tersebut juga mewujud sesuai tugasnya masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam.

Mengutip dari berbagai sumber, Selasa (22/2/2022), berikut ini dewa dewi dalam agama Hindu yang paling populer dan juga tugas-tugas yang mereka emban.

Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang pertama adalah Brahma. Dewa Brahma adalah bagian pertama dari Tritunggal yang bertugas sebagai pencipta semesta.

Dalam mitologi Hindu, Dewa Brahma lahir bukan dari rahim seorang ibu melainkan dari sebuah bunga teratai.

Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang ke-dua adalah Wisnu. Seperti Dewa Brahma, Dewa Wisnu adalah bagian dari Tritunggal yang tugasnya mempertahankan keharmonisan alam semesta. Nantinya, tugas Dewa Wisnu akan dilanjutkan dengan anggota Tritunggal ke-tiga.

Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang ke-tiga adalah Siwa. Melanjutkan tugas Dewa Wisnu, Dewa Siwa berperan sebagai pelebur alam semesta dan mempersiapkannya untuk penciptaan kembali. Dengan tugasnya ini, siklus kehidupan pun akan dimulai kembali di tangan Dewa Brahma.

Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang selanjutnya adalah Ganesha. Dikenal berkepala gajah, Dewa Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan dan juga kebijaksanaan. Meski Tuhan punya konsep tak beranak dan diperanakkan, dalam panteon Hindu Dewa Ganesha adalah putra dari Dewa Siwa.

Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang berikutnya adalah Sri. Sering disebut oleh orang tua ketika anak-anaknya enggan menghabiskan makanan, Dewi Sri adalah seorang Dewi yang bertugas untuk mengatur pangan serta pertanian di alam semesta.

Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang terakhir adalah Agni. Merupakan Dewa Api, Dewa Agni berperan sebagai pemimpin upacara dan juga duta untuk para Dewa. Ia dikenal sebagai Dewa Api karena tubuhnya yang digambarkan berwarna merah dan rambut yang mirip kobaran api.

Dewa (Dewanagari: देव; ,IAST: Deva, देव) adalah kata dari bahasa Sanskerta yang berarti "terang", "mulia", "makhluk surgawi", "makhluk ilahi", "hal yang cemerlang",[1] dan dapat mengacu kepada suatu golongan makhluk gaib dalam agama Hindu.[2] Dewa merupakan istilah maskulin; padanan feminin untuk istilah tersebut ialah Dewi. Kata tersebut sepadan dengan istilah Latin "Deus" dan Yunani "Zeus".

Dalam sastra Weda Kuno, seluruh makhluk gaib dapat disebut "dewa"[3][4][5] dan asura.[6][7] Konsep tersebut akhirnya mengalami perkembangan dalam kesusastraan India Kuno, dan pada akhir periode Weda, makhluk gaib yang baik disebut Dewa-asura. Dalam sastra Hindu pasca-periode Weda, seperti Purana dan Itihasa, para dewa merupakan makhluk baik, sedangkan asura makhluk jahat. Dalam sejumlah karya sastra India Abad Pertengahan, para dewa juga disebut sebagai "sura", dan sifatnya bertolak belakang dengan saudara tiri mereka yang sama-sama sakti, yang disebut sebagai "asura".[8]

Para dewa, demikian pula para asura, yaksa (roh penunggu alam), dan raksasa (monster, setan), merupakan bagian dari mitologi India. Para dewa muncul dalam berbagai kisah-kisah kosmologis dalam agama Hindu.[9][10]

Dalam tradisi Hindu umumnya seperti Adwaita wedanta dan Agama Hindu Dharma, Dewa dipandang sebagai manifestasi Brahman dan enggan dipuja sebagai Tuhan tersendiri dan para dewa setara derajatnya dengan dewa lain. Namun dalam filsafat Hindu Dwaita, para dewa tertentu memiliki sekte tertentu pula yang memujanya sebagai Dewa tertinggi. Dalam hal ini, beberapa sekte memiliki paham monoteisme terhadap Dewa tertentu (lihat: Waisnawa).

Kata “dewa” (deva) berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata).

Dalam kitab suci Regweda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Baruna dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura. Menurut ajaran agama Hindu, Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, Bayu) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri.

Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Dalam kitab suci Bhagawadgita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara Kresna bersabda:

sa tayā śraddhayā yuktas, tasyārādhanam īhate, labhate ca tatah kaman, mayaiva vihitān hi tān.

— Bhagawadgita (7:22)

Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.

Bali adalah sebuah pulau di Indonesia yang dikenal karena memiliki pegunungan berapi yang hijau, terasering sawah yang unik, pantai, terumbu karang yang cantik serta memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap keberadaan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Kebanyakan masyarakat Bali menganut agama hindu. Agama Hindu berasal dari kata Shindu dalam bahasa Sanksekerta yaitu nama sebuah sungai di sebelah barat daya sub-benua India sampai sebagian besar alirannya terletak di wilayah Negara Pakistan yang dalam bahasa inggris di sebut Indus. Agama Hindu memiliki banyak kepercayaan terhadap Dewa seperti Dewa Brahma sebagai Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Pemelihara dan Dewa Siwa sebagai Pelebur. Selain itu umat hindu juga memiliki kepercayaan seperti animisme (kepercayaan terhadap roh nenek moyang) dan dinamisme ( percaya kepada benda yang dianggap keramat).

Dalam kitab weda, Dewa hindu memang memiliki penyebutan yang banyak, namun perlu diketahui bahwa dewa merupakan manifestasi dari tuhan. Dia berwujud, memiliki aspek, atribut, dan sifat. Pada aspek ini Tuhan Ida Sang Hyang Widhi Wasa hadir dalam berbagai manifestasi, oleh karena itu dewa juga punya nama dan sebutannya masing- masing. Tentunya hal ini menyimpang dari pemahaman politeisme.

Monoteisme adalah kepercayaan dengan adanya satu Tuhan, Sedangkan Politeisme adalah bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu dewa (banyak dewa). Sedangkan Agama Hindu memiliki kepercayaan Politeisme karena Agama Hindu menyebut Tuhan dengan banyak nama atau wujud sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki umat hindu. Jika menurut penggolongannya Agama Hindu memang dikategorikan sebagai Politeisme karena mengenal banyak dewa. Selain itu terdapat spesialisasi seperti Hindu-Siwa dan lain sebagainya tergantung kedakam individu serta tempatnya. Maka dari itu Bali diberi julukan sebagai Pulau Seribu Pura.

Kepercayaan dan keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Ada banyak ajaran-ajaran dasar dalam agama hindu, diantara yang paling dasar adalah ajaran Panca Sradha. Yang terdiri dari kata Panca dan Sradha, Panca artinya lima dan Sradha artinya keyakinan dan kepercayaan. Dimana bagian dari Panca Sradha itu yaitu Brahma, Atma, KarmaPhala, Moksa, dan Punarbawa. Dalam ajaran Agama Hindu baik buruknya perbuatan manusia sering diidentifikasikan dengan konsep Rwa Bhinneda.

Seseorang mungkin percaya bahwa ada banyak tuha tetapi menerima bahwa hanya menyembah satu Tuhan yang tepat dan sah. Contohnya yaitu Tuhan Yang Maha Esa disembah. Sedangkan Politeisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan (percaya pada banyak dewa) atau menyembah banyak dewa. Contohnya yaitu seperti Agama Hindu yang menyebut satu Tuhan dengan banyak nama seperti dewa Brahma, Wisnu, Siwa dan lain sebagainya. Agama hindu memiliki sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat monoteisme, politeisme, panenteisme, panteisme, monisme, dan ateisme. Konsep ketuhanannya bersifat kompleks dan tergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan filsafat yang diikuti. Dalam agama hindu tiap-tiap dewa memiliki kekuatan seperti Dewa Brahma sebagai Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Pemelihara dan Dewa Siwa sebagai Pelebur.

Dalam Agama Hindu Dewa dan Dewi adalah keberadaan supranatural yang menguasai unsur- unsur alam dalam kehidupan manusia. Mereka disembah, dianggap suci dan keramat serta dihormati oleh manusia. Dewa memiliki bermacam-macam wujud baik itu berupa manusia ataupun binatang yang hidup abadi. Mereka memiliki kepribadian masing-masing serta memiliki emosi dan kecerdasan layaknya manusia. Beberapa fenomena alam yang dilakukan oleh para dewa seperti petir, hujan, banjir, badai dan sebagainya ini merupakan sebuah keajaiban atau ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Para makhluk supranatural yang menguasai unsur-unsur alam dalam kehidupan manusia yang berjenis kelamin Pria disebut "Dewa" sedangkan "Dewi" adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin Wanita.

Agama Hindu meyakini adanya banyak dewa seperti Pura Kahyangan Tiga yang ada di Bali yang dimiliki oleh setiap desa atau pekraman. Kayangan Tiga yang saya maksud diantaranya yaitu Pertama, Pura Desa atau Pura Bale Agung merupakan pura tempat berstananya Dewa Brahma yang diyakini menciptakan alam semesta oleh agama hindu. Kedua, Pura Puseh yang merupakan tempat pemujaan Dewa Wisnu sebagi pemelihara seluruh alam semesta. Dan yang Ketiga Pura Dalem yaitu tempat berstananya atau memuja Dewa Siwa dengan wujud Dewi Durga sebagai pelebur atau praline. Maka dari itu di setiap pekraman memiliki kayangan tiga. Selain pura kayangan tiga banyak juga pura umum yang ada di Bali yang dapat kita sembah seperti Pura Uluwatu, Pura Besakih, Pura Lempuyang, Pura Rambutsiwi serta banyak lagi pura lainya yang ada di Bali.

Jadi pada intinya Agama Hindu menganut kepercayaan Politeisme karena agama hindu meyakini adanya banyak Tuhan atau menyebut Tuhan dengan banyak nama. Dalam Politeisme berpendapat bahwa setiap benda, baik yang bermanfaat maupun tidak. Memiliki dewa tersendiri yang mereka sembah seperti Dewa Air, Udara, Sungai dan Gunung. Seluruh dewa yang telah saya sebutkan diatas disembah oleh Umat Hindu melalui berbagai macam ritual sesui dengan Desa, Kala dan Patra. agar nantinya bisa memdapatkann, kedamaian dan keyakinan masing-masing umat Hindu. Karena agama hindu mengenal banyak dewa, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa agama hindu menganut sistem monoteisme karena dalam kitab suci agama hindu Tuhan-nya hanya satu yaitu Sri Krisna yang lain hanya jelmaan tuhan. Sekarang tergantung pada kepribadian seseorang masing-masing dalam mempercayai yang ia percaya.

Agama hindu sering sekali dianggap sebagai agama politeisme karena memuja banyak dewa, namun tidaklah seperti itu. jika menurut penggolongannya agama hindu memang dikategorikan sebagai agama Politeisme karena mengenal banyak dewa. Sedangkan menurut weda tuhan memang tidak punya nama, tetapi manusia memberi nama menurut sifat-sifat yang dimilikinya. di dalam Kitab weda kita dapat mengenal 1000 nama wisnu berdasarkan sifat dan kehebatannya. Begitupula di dalam Bhagawadgita yaitu krisna dengan 27 nama dengan gelar yang berbeda. Nah hal ini merupakan gambaran bahwa betapa tuhan memiliki banyak nama, jumlah nama tuhan yang tidak terbatas tentunya. Inilah yang sering sekali membuat orang lain salah paham, seolah agama hindu memiliki banyak tuhan, Pada dasarnya banyak nama tuhan justru menunjukan bahwa weda memiliki informasi yang rinci tentang apa dan siapa tuhan itu sesungguhnya.

Pada sejatinya dalam mantra weda dijelaskan " Om Tat Ekam Eva Advityam Brahman " yang artinya tuhan dalam umat Agama Hindu hanya ada satu ( Tiada Duanya ) yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau yang sering sekali disebut dengan istilah Brahman. dan " Om Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti " yang artinya Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ) Hanya ada satu, tetapi orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mengatur segala hal yang ada di jagat raya ini, sehingga umat agama hindu memberikan banyak nama terhadap masing-masing fungsinya.

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

SuaraBali.id - Dalam agama Hindu dipercaya ada 3 dewa tertinggi. Dewa tertinggi dalam agama Hindu disebut sebagai Trimurti atau Dewa Trimurti.

Ketiganya adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Shiwa. Agama Hindu merupakan salah satu agama yang memiliki pengaruh cukup besar di Nusantara. Pengaruh Hindu sudah terlihat dari abad ke empat masehi

Berikut penjelasan Dewa tertinggi dalam agama Hindu:

Baca Juga:Daftar Hari Besar Agama Hindu, Ternyata Banyak, Bukan Cuma Hari Raya Nyepi

Dalam filsafat Adwaita, Dewa Brahma dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman yang dianggap sebagai Dewa pencipta, jiwa tertinggi yang abadi dan muncul dengan sendirinya.

Menurut Kitab Satapatha Brahmana, dijelaskan bahwa Dewa Brahma yang menciptakan, menempatkan, dan memberi tugas dewi dewi lain.

Dalam Kitab Mahabharata dan Purana, disebutkan bahwa Dewa Brahma merupakan leluhur dunia yang muncul dari pusar Dewa Wisnu.

Sebagai pencipta dunia, Dewa Brahma Dikenal dengan nama Hiranyagarbha atau Prajapati.

Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok Dewa dengan empat muka menghadap ke empat penjuru arah mata angin yang melambangkan kekuasaan terhadap Catur Weda, Catur Yoga, dan Catur Warna.

Baca Juga:Konsep Tuhan Dalam Agama Hindu dan Aliran Utama

Sosok Dewa Brahma juga digambarkan memiliki empat tangan yang memegang alat alat yakni Aksamala / tasbih ( simbol tiada awal dan tiada akhir ), Sruk dan Surva ( simbol Upacara Yad ), Kamandalu / kendi ( simbol keabadian ), dan Pustaka ( simbol ilmu pengetahuan ).

Dewa Brahma disandingkan dengan Dewi Saraswati sebagai Dewi ilmu pengetahuan yang merupakan sebuah makna bahwa penciptaan atau suatu karya tanpa landasan ilmu pengetahuan adalah sia sia.

Dewa Wisnu atau disebut dengan Sri Wisnu atau Narayana merupakan Dewa tertinggi yang memiliki gelar shtiti ( pemelihara ) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman.

Dalam filsafat Hindu Waisnawa ia dipandang sebagai roh suci dan Dewa tertinggi, akan tetapi dalam legenda lain Dewa Brahma adalah Dewa tertinggi.

Dilukiskan dalam Purana sebagai Dewa yang berkulit biru gelap, berlengan empat dan masing masing memegang terompet kulit kerang bernama Panchajanya (simbol kreativitas), cakram yang bernama Sudarshana (simbol pikiran baik), gada yang bernama Komodaki (simbol keberadaan individual), dan Bunga Lotus atau Padma (simbol kebebasan).

Dewa Wisnu merupakan wujud Tuhan Yang Maha Kuasa dengan memiliki enam sifat ketuhanan, antara lain :

Jnana, mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta.

Aishvarya, maha kuasa yang berarti tidak ada yang dapat mengaturnya.

Shakti, memiliki kekuatan yang membuat apa yang tak mungkin menjadi mungkin.

Bala, maha kuat yang berarti mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah.

Virya, kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk.

Tejas, memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk.

Dalam beberapa ajaran juga menyebutkan bahwa perwujudan Dewa Wisnu ada banyak aspek dan wujud yang berbeda beda.

Syiwa atau Shiwa adalah Dewa ketiga dari tiga Dewa utama ( Trimurti ).

Dalam ajaran Agama Hindu, Syiwa adalah Dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang sudah tidak layak berada di dunia fana untuk dikembalikan ke asalnya.

Umat Hindu Bali memuja Dewa Syiwa di Pura Dalem, sebagai Dewa yang mengembalikan manusia dan makhluk hidup lain ke unsurnya. Dalam tradisi Indonesia lain, Dewa Syiwa juga disebut dengan Batara Guru.

Perwujudan Dewa Syiwa diyakini memiliki tiga mata ( tri netra ), mengenakan hiasan kepala berbentuk ardha Chandra ( bulan sabit ), mengenakan hiasan di leher dari ular kobra, mengenakan ikat pinggang dari kulit harimau, berkendaraan Lembu Nandini, serta bertangan empat yang masing masing membawa Trisula, camara, tasbih, dan Kendi.

Jika simbol dari Trimurti digabungkan maka akan menjadi “ AUM “ dibaca “ OM” yang merupakan simbol suci Agama Hindu.

Kontributor : Jeffri Jeff

Agama Hindu sering dituduh miring sebagai agama politeisme, hal tersebut terjadi dikarenakan banyaknya nama Dewa dalam Agama Hindu.  Banyak orang yang menganggap bahwa banyaknya Dewa tersebut diartikan bahwa Agama Hindu menyembah banyak Tuhan, bahkan banyak juga yang beranggapan bahwa AgamaHindu Menyembah Patung. Dilihat dari pemahaman pemahaman ketuhanan dalam perspektif Hindu dinamai Brahman Vidya  yaitu pengetahuan tentang ketuhanan dalam Agama Hindu. Agama Hindu sering dianggap sebagai agama politeisme karena memuja banyak Dewa, namum sebenarnya tidaklah sepenuhnya benar. Karena menurut Umat Hindu Tuhan itu Maha Esa Tiada duanya, dan hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada, yang manifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk. Dalam Agama Hindu Tuhan menjelma banyak wujud. Konsep satu Tuhan dalam banyak perwujudan berfungsi untuk memudahkan kita dalam memahami Tuhan Yang Maha Esa. Jika kita merujuk pada banyaknya nama-nama dewa dalam Agama Hindu, tidak heran jika banyak umat lain yang beranggapan bahwa agama hindu mempunyai sistem ketuhanan politeisme, dikarenakan setiap agama memiliki cara untuk menarik para pengikut agama tersebut, dimana setiap agama memiliki teknik dan juga cara masing-masing, dari hal tersebutlah yang menimbulkan penafsiran yang salah terhadap agama lain salah satunya agama yang ditafsirkan oleh orang yang bukan penganutnya yaitu Agama Hindu, yang merupakan agama tertua di Indonesia.

Dalam sejarah, kepercayaan Umat Manusia tercatat beberapa perkembangan sistem kepercayaan kepada hal gaib, yaitu:1. Dinamisme merupakan kepercayaan adanya kekuatan yang terdapat pada barang, baik yang hidup (manusia, tumbuhan,binatang) maupun yang mati.

2. Animisme merupakan paham sebuah benda, baik bernyawa maupun tidak bernyawa mempunyai roh atau jiwa. Politeisme merupakan kepercayaan bahwa ada banyak tuhan.Tuhan yang banyak digambarkan sebagai beragam dewa-dewa,roh dan makhluk gaib lainnya. tujua beragam dalam politeisme bukan hanya menyembah dewa-dewa, akan tetapi juga menyembah dan berdoa kepadanya untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan.3. Henoteisme merupakan kepercayaan yang tidak menyangkal adanya tuhan banyak, tetapi hanya mengakui tuhan tunggal sebagai tuhan yang disembah. Henoteisme dipahami sebuah tahap keagamaan yang berada diantara politeisme ke monoteisme.4.  Monoteisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pada satu tuhan. istilah monoteisme sering dipakai dalam pertentangannya dengan politeisme (penyembahan banyak dewa)

Dalam realita hidup beragama Hindu pada umumnya sesungguhnya telah memiliki istilah yang sering dijadikan kajian oleh umat hindu maupun para intelektual Hindu, seperti kata Dewa, Dewi, Bhatara, Bhatari, sasuhunan, Ida Bhatara, Ida Bhatari dan istilah lainnya dalam konteks ketuhanan dalam Agama Hindu. Yang berarti Agama Hindu memiliki banyak sebutan, namun sesuai ajaran agama Hindu bahwa tuhan itu selalu esa/tunggal dan tidak ada Tuhan yang kedua. Tuhan adalah Esa, maha kuasa dan maha ada dan menjadi sumber dan segala yang ada. Tuhan adalah maha esa, maha tunggal tidak ada duanya atau bandingannya. Tuhan maha besar dan tidak terbatas, seluruh alam raya ini adalah ciptaan tuhan. oleh sebab itu Sang Hyang Widhi yang tunggal menjadi Tuhannya seluruh alam, matahari, tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan lain-lain adalah tuhannya semua sama manusia di Dunia. Di dalam kitab-kitab filsafat kerohanian Hindu banyak tercantum renungan-renungan mengenai ke-Esa-an Tuhan yaitu, "Ekam ewa adwityam Brahma" yang artinya tuhan itu hanya satu tidak ada yang kedua.

Jadi terkait pertanyaan: Agama Hindu Memuja Banyak Dewa, Apakah sebutan tersebut Hindu termasuk Agama Politeisme?jawabannya tentu saja Tidak, Karena dalam konsep ketuhanan dalam Agama Hindu yang disebut dengan Brahman Vidya disebutkan bahwa Agama Hindu merupakan Agama yang Monoteisme (hanya memuja pada satu tuhan). Akan tetapi dalam menjalankan fungsinya tuhan dalam Agama Hindu atau biasa disebut dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa bermanifestasi menjadi Dewa yang disebut dengan berbagai nama seperti misalnya: ketika beliau pencipta disebut sebagai Dewa Brahma, ketika sebagai memelihara disebut dengan Dewa Wisnu dan ketika sebagai pelebur disebut dengan Dewa Siwa. Penyebutan nama-nama dewa tersebutlah yang menyebutkan bahwa Agama Hindu terkesan sebagai Agama Politeisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya